Bunda, pernah mendengar istilah preeklamsia saat hamil? Kondisi ini sering terjadi di masa kehamilan, terutama pada trimester kedua atau ketiga, dan bisa berdampak serius jika tidak ditangani dengan baik. Preeklamsia biasanya ditandai dengan tekanan darah tinggi dan pembengkakan pada tubuh.
Meski terdengar menakutkan, jangan khawatir, Bunda kondisi ini bisa dicegah dan dikendalikan dengan perawatan yang tepat. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang apa itu preeklamsia dan bagaimana cara mencegahnya agar kehamilan tetap sehat dan aman hingga waktu persalinan tiba.
Apa Itu Preeklamsia?

Preeklamsia adalah komplikasi yang bisa terjadi saat kehamilan, biasanya muncul setelah usia kandungan 20 minggu. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin yang menunjukkan gangguan pada ginjal. Preeklamsia bisa membahayakan kesehatan Bunda dan janin jika tidak segera ditangani.
Dalam beberapa kasus, dokter menyarankan persalinan lebih awal tergantung pada tingkat keparahannya. Sebelum melahirkan, penanganan preeklamsia biasanya meliputi pemantauan ketat dan obat untuk menurunkan tekanan darah.
Baca Juga: Ibu Hamil Mual Saat Puasa? Ini Cara Mengatasinya!
Gejala Preeklamsia yang Perlu Diwaspadai

Bunda, mengenali gejala preeklamsia sejak dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius pada kehamilan. Meskipun awalnya bisa terasa ringan atau bahkan tanpa gejala, preeklamsia dapat berkembang dengan cepat.
Berikut ini adalah beberapa tanda yang perlu Bunda waspadai:
1. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi adalah tanda awal yang paling umum dari preeklamsia. Nilainya bisa mencapai lebih dari 140/90 mmHg. Kondisi ini sering tidak menimbulkan rasa sakit atau keluhan apa pun. Oleh karena itu, Bunda perlu memeriksa tekanan darah secara rutin selama kehamilan. Pemeriksaan teratur bisa membantu deteksi dini dan mencegah komplikasi serius.
2. Pembengkakan yang Tidak Biasa
Bengkak di kaki dan tangan memang umum saat hamil, tapi harus waspada jika pembengkakan muncul tiba-tiba. Terutama jika bengkak muncul di wajah atau sekitar mata. Pembengkakan ekstrem ini bisa menandakan preeklamsia. Jika bengkak terasa menyakitkan atau membuat tidak nyaman, segera periksa ke dokter. Jangan dianggap sepele, ya Bunda.
3. Sakit Kepala yang Berat
Sakit kepala hebat yang tidak kunjung reda bisa jadi tanda preeklamsia. Terlebih jika tidak membaik dengan istirahat atau obat. Kondisi ini bisa menunjukkan adanya tekanan tinggi yang memengaruhi otak. Jika disertai gejala lain seperti mual atau pandangan kabur, segera konsultasikan ke dokter kandungan.
4. Gangguan Penglihatan
Penglihatan kabur, berbayang, atau muncul kilatan cahaya bisa jadi tanda tekanan darah tinggi. Saraf mata bisa terpengaruh oleh preeklamsia. Kondisi ini juga dapat membuat mata terasa sensitif terhadap cahaya. Jangan tunggu lama jika Bunda mengalami gangguan ini. Penanganan cepat dapat mencegah kondisi makin parah.
5. Nyeri di Bagian Atas Perut
Nyeri perut bagian atas, terutama di sisi kanan, bisa jadi tanda hati terdampak oleh preeklamsia. Rasa nyerinya bisa menusuk atau terasa tidak nyaman saat bergerak. Biasanya disertai gejala lain seperti mual atau gangguan penglihatan. Jika Bunda merasakan nyeri ini, segera periksa ke dokter untuk memastikan penyebabnya.
6. Jumlah Urin Berkurang
Jumlah urin yang tiba-tiba menurun bisa menjadi pertanda ginjal tidak berfungsi optimal. Preeklamsia bisa menyebabkan gangguan pada aliran darah ke ginjal. Akibatnya, produksi urin berkurang drastis tanpa sebab yang jelas. Jika Bunda merasa jarang buang air kecil atau urin sangat sedikit, segera konsultasi ke dokter.
7. Mual dan Muntah di Trimester Lanjut
Mual dan muntah sering muncul di trimester awal, tapi jika terjadi di trimester kedua atau ketiga, perlu diwaspadai. Hal ini bisa menjadi gejala preeklamsia, terutama jika disertai tekanan darah tinggi. Jangan abaikan jika mual dan muntah datang tiba-tiba atau terus-menerus. Segera konsultasikan agar mendapat penanganan tepat.
Faktor Risiko Preeklamsia yang Perlu Diketahui Bunda

Bunda, beberapa kondisi bisa meningkatkan kemungkinan mengalami preeklamsia selama kehamilan. Dengan mengetahui faktor-faktor risikonya, Bunda bisa lebih waspada dan menjaga kehamilan dengan lebih baik. Berikut ini kondisi-kondisi yang termasuk dalam risiko tinggi dan risiko sedang:
Risiko Tinggi Preeklamsia:
- Pernah mengalami preeklamsia di kehamilan sebelumnya
- Hamil anak kembar atau lebih
- Memiliki tekanan darah tinggi kronis
- Mengidap diabetes tipe 1 atau tipe 2 sebelum hamil
- Memiliki penyakit ginjal
- Mengidap gangguan autoimun (seperti lupus atau sindrom antiphospholipid)
- Menggunakan program bayi tabung (IVF)
Risiko Sedang Preeklamsia:
- Kehamilan pertama dengan pasangan saat ini
- Kelebihan berat badan atau obesitas
- Memiliki riwayat keluarga dengan preeklamsia
- Usia kehamilan 35 tahun ke atas
- Pernah mengalami komplikasi di kehamilan sebelumnya
- Jarak kehamilan lebih dari 10 tahun sejak kehamilan terakhir
Jika Bunda memiliki satu atau lebih faktor risiko di atas, penting untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan mengikuti saran dokter untuk mencegah komplikasi.
Baca Juga: Tips Menjaga Stamina Ibu Menyusui Saat Puasa!
Cara Mengatasi Preeklamsia

Cara mengatasi preeklamsia tergantung pada tingkat keparahan dan usia kehamilan Bunda. Jika usia kandungan sudah mendekati 37 minggu, dokter biasanya akan menyarankan persalinan lebih awal, baik secara normal maupun melalui operasi caesar jika dirasa lebih aman. Namun, jika preeklamsia muncul lebih awal, dokter akan memantau kondisi Bunda dan janin dengan ketat untuk mempertahankan kehamilan selama mungkin.
Bunda mungkin akan menjalani pemeriksaan lebih sering seperti USG, tes urin, dan cek darah, serta diminta memantau tekanan darah di rumah. Obat-obatan mungkin diberikan untuk menurunkan tekanan darah atau membantu perkembangan paru-paru janin. Dalam kasus preeklamsia berat, Bunda bisa dirawat di rumah sakit hingga waktu persalinan tiba. Selama proses persalinan, dokter juga bisa memberikan magnesium sulfat untuk mencegah kejang.
Cara Mencegah Preeklamsia

Untuk mencegah preeklamsia, Bunda bisa melakukan beberapa hal, seperti:
1. Konsumsi Aspirin Dosis Rendah Sesuai Anjuran Dokter
Jika Bunda memiliki satu faktor risiko tinggi atau lebih dari satu faktor risiko sedang, dokter mungkin akan menyarankan konsumsi aspirin dosis rendah (81 mg per hari). Aspirin ini biasanya mulai dikonsumsi setelah usia kehamilan 12 minggu. Tujuannya adalah untuk membantu mencegah terjadinya preeklamsia. Tapi ingat ya, Bunda jangan minum aspirin atau obat apa pun tanpa rekomendasi langsung dari dokter kandungan.
2. Jaga Kesehatan Sejak Sebelum Hamil
Jika Bunda sedang merencanakan kehamilan, terutama bila pernah mengalami preeklamsia sebelumnya, usahakan tubuh dalam kondisi sebaik mungkin. Lakukan pemeriksaan kesehatan, konsultasikan kondisi seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau gangguan ginjal, agar bisa ditangani sejak awal. Persiapan yang baik sebelum hamil bisa mengurangi risiko komplikasi saat kehamilan.
3. Terapkan Gaya Hidup Sehat Selama Kehamilan
Selama hamil, Bunda sebaiknya menjaga pola makan yang bergizi seimbang, banyak minum air putih, serta istirahat yang cukup. Hindari stres berlebihan dan tetap aktif dengan olahraga ringan sesuai anjuran dokter. Gaya hidup sehat membantu menjaga tekanan darah tetap stabil dan mendukung kehamilan yang sehat.
Baca Juga: Tanda Anak Kekurangan Gizi dan Cara Mengatasinya
Mengenali gejala sejak dini dan mengikuti saran dokter akan sangat membantu menjaga kesehatan Bunda dan si kecil hingga waktu persalinan tiba. Jangan ragu untuk bertanya atau berkonsultasi, karena langkah kecil hari ini bisa menjadi perlindungan besar untuk esok.