Bunda, memulai toilet training pada waktu yang tepat bisa membuat proses belajar anak menjadi lebih lancar dan menyenangkan. Tidak semua anak siap di usia yang sama, sehingga penting bagi Bunda untuk mengenali tanda-tanda kesiapan si kecil sebelum melatihnya buang air sendiri. Memaksakan anak saat belum siap justru bisa membuat mereka merasa tertekan dan menolak belajar.
Agar proses toilet training berhasil, Bunda perlu memahami kapan saat terbaik untuk memulainya. Simak terus artikel ini sampai akhir untuk mengetahui panduan lengkapnya dan bantu si kecil melewati fase ini dengan nyaman dan percaya diri.
Pengertian Toilet Training

Toilet training adalah proses membiasakan anak untuk buang air kecil dan besar di toilet secara mandiri, menggantikan kebiasaan menggunakan popok. Dalam proses ini, anak diajarkan mengenali rasa ingin buang air, memberi tahu orang tua, hingga duduk di toilet sendiri. Toilet training juga melatih anak menjaga kebersihan diri setelah buang air, seperti membilas dan mencuci tangan.
Tujuan utamanya adalah membantu anak menjadi lebih mandiri dalam hal kebersihan pribadi, sekaligus mengurangi ketergantungan pada popok. Bunda mungkin bertanya-tanya, kapan sih waktu terbaik untuk mulai toilet training? Jangan khawatir, setiap anak punya waktunya sendiri, dan Bunda bisa mengenalinya lewat beberapa tanda kesiapan.
Waktu yang tepat untuk memulai toilet training bukan ditentukan dari usia saja, melainkan dari kesiapan fisik dan emosional anak. Umumnya, anak mulai siap di usia 18 bulan hingga 3 tahun, tapi ini bisa berbeda-beda tergantung perkembangan masing-masing.
Baca Juga: 7 Kebiasaan Aktivitas Anak Indonesia Hebat
Tanda Anak Siap Toilet Training

Bunda, sebelum memulai toilet training, penting untuk mengenali apakah anak sudah benar-benar siap. Karena jika dipaksakan saat belum waktunya, prosesnya bisa jadi lebih sulit dan membuat anak merasa tertekan. Berikut beberapa tanda anak siap memulai toilet training:
1. Popoknya Tetap Kering selama 2–3 Jam
Saat popok anak tetap kering selama dua hingga tiga jam, ini menandakan bahwa ia mulai bisa mengontrol kandung kemihnya. Artinya, anak tidak lagi buang air kecil secara terus-menerus seperti saat masih bayi. Kontrol ini menunjukkan bahwa sistem kemihnya sudah berkembang dengan baik. Anak yang sudah bisa menahan pipis cenderung lebih siap diajak ke toilet secara rutin.
Jika Bunda mulai memperhatikan bahwa popoknya jarang basah, terutama di siang hari, itu bisa menjadi sinyal awal untuk memulai toilet training dengan perlahan dan sabar.
2. Mulai Tidak Nyaman saat Popoknya Basah atau Kotor
Anak yang mulai merasa tidak nyaman saat popoknya basah atau kotor biasanya menunjukkan perilaku tertentu. Misalnya, ia menarik-narik popoknya, merengek, atau meminta Bunda menggantinya. Ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai sadar akan kondisi tubuhnya dan tidak ingin terus-menerus memakai popok.
Perasaan tidak nyaman ini menjadi sinyal bahwa anak siap beralih ke toilet. Ini juga membantu Bunda untuk mengenalkan konsep kebersihan dan kemandirian. Semakin anak sadar akan rasa tidak nyaman tersebut, semakin mudah bagi Bunda untuk mengajaknya mengenal toilet training.
3. Bisa Duduk atau Berdiri Sendiri tanpa Bantuan
Kemampuan motorik dasar seperti duduk sendiri dan berdiri tanpa bantuan sangat penting dalam proses toilet training. Anak perlu bisa duduk di potty atau toilet dengan aman dan stabil. Jika anak belum bisa duduk atau berdiri sendiri, proses ke toilet akan terasa sulit baginya.
Ketika anak sudah bisa melakukan gerakan ini dengan lancar, ia cenderung lebih percaya diri dan tidak mudah cemas saat diajak belajar ke toilet. Dengan postur yang stabil, anak juga akan merasa lebih nyaman dan aman saat belajar buang air sendiri.
4. Menunjukkan Minat pada Toilet
Tanda lain anak siap toilet training adalah rasa penasaran terhadap aktivitas di kamar mandi. Anak mungkin akan memperhatikan ketika Bunda atau anggota keluarga lain ke toilet. Ia bahkan bisa meniru gerakan, bertanya, atau mencoba duduk di potty. Rasa ingin tahu ini penting karena menunjukkan bahwa anak ingin belajar.
Bunda bisa memanfaatkan momen ini untuk menjelaskan fungsi toilet dengan cara menyenangkan. Misalnya, menggunakan buku cerita atau video edukatif khusus anak. Saat anak merasa bahwa buang air di toilet itu menarik, proses belajar akan terasa lebih alami.
5. Bisa Mengikuti Instruksi Sederhana
Anak yang mampu memahami dan mengikuti perintah sederhana, seperti “Ayo ke toilet” atau “Duduk di sini ya,” menunjukkan tanda kesiapan mental dan emosional. Ini penting karena toilet training membutuhkan arahan dan kerja sama dari anak. Jika anak belum bisa mengikuti instruksi sederhana, kemungkinan besar ia akan kesulitan saat diarahkan untuk buang air di toilet.
Jadi, kemampuan ini menjadi salah satu indikator bahwa anak sudah bisa diajak bekerja sama dalam proses belajar. Latihan ini juga sekaligus melatih anak untuk lebih fokus dan mendengarkan arahan dengan baik.
6. Mulai Mengenali Rasa Ingin Buang Air Kecil atau Besar
Tanda penting lainnya adalah saat anak mulai menyadari sensasi ingin buang air kecil atau besar. Ia bisa menunjukkan ekspresi tertentu, berjongkok, atau memegang area kemaluannya. Bahkan, beberapa anak sudah bisa memberi tahu langsung kepada Bunda bahwa mereka ingin ke toilet. Kesadaran ini menunjukkan bahwa tubuh anak mulai bisa memberi sinyal yang jelas sebelum buang air terjadi.
Saat anak mulai mengenali rasa tersebut, Bunda bisa langsung mengarahkannya ke toilet. Konsistensi dalam mengenali dan merespons sinyal tubuh ini akan mempercepat proses toilet training secara alami dan menyenangkan.
Cara Efektif Melakukan Toilet Training

Bunda, setelah mengetahui tanda-tanda kesiapan anak, saatnya memulai toilet training dengan cara yang tepat dan menyenangkan. Proses ini bisa terasa menantang, tapi dengan pendekatan yang sabar dan konsisten, anak akan lebih mudah belajar buang air sendiri.
1. Buat Rutinitas Toilet Harian
Ajarkan anak untuk ke toilet secara teratur, seperti setelah bangun tidur, sebelum tidur, atau setelah makan. Rutinitas ini membantu tubuh anak membentuk jam biologis untuk buang air. Dengan jadwal yang konsisten, anak jadi terbiasa duduk di toilet walaupun belum langsung buang air.
2. Gunakan Bahasa Sederhana dan Konsisten
Pilih kata-kata yang mudah dipahami seperti “pipis” atau “BAB” saat mengajak anak ke toilet. Jangan terlalu sering mengganti istilah agar anak tidak bingung. Gunakan kalimat positif agar anak merasa nyaman dan paham tujuan dari ke toilet.
3. Beri Pujian Saat Anak Berhasil
Setiap keberhasilan kecil layak diapresiasi, seperti duduk di potty atau berhasil pipis di toilet. Bunda bisa memberikan pujian verbal, pelukan, atau stiker lucu. Penguatan positif ini bisa meningkatkan rasa percaya diri anak dan membuatnya semangat belajar.
4. Jangan Marahi Saat Anak Mengompol
Kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Saat anak mengompol atau belum berhasil, tetap bersikap tenang dan beri pengertian. Hindari memarahi atau mempermalukan, karena bisa membuat anak takut dan enggan mencoba lagi.
5. Libatkan Anak dalam Prosesnya
Biarkan anak memilih potty sendiri atau celana dalam kesukaannya. Libatkan juga dalam membersihkan toilet dengan cara sederhana. Hal ini bisa menumbuhkan rasa tanggung jawab dan membuat anak lebih tertarik menjalani proses toilet training.
Toilet training adalah proses penting dalam tumbuh kembang anak yang membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan dukungan penuh dari Bunda. Dengan pendekatan yang tepat dan menyenangkan, anak akan lebih mudah belajar mandiri dan percaya diri dalam menjaga kebersihan dirinya.





