Menyapih anak bisa menjadi momen yang penuh emosi bagi Bunda dan Si Kecil. Proses ini bukan hanya soal berhenti menyusu, tapi juga tentang membangun kemandirian dan kedekatan dengan cara yang baru. Banyak Bunda khawatir anak akan rewel atau menolak, padahal dengan pendekatan yang tepat, menyapih bisa dilakukan tanpa tangisan berlebihan.
Artikel ini akan membantu Bunda menemukan cara menyapih anak tanpa drama yang lembut, aman, dan tetap nyaman bagi keduanya. Simak tips lengkapnya agar proses menyapih berjalan lancar dan penuh kasih.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Menyapih Anak?

Waktu menyapih setiap anak bisa berbeda-beda, tergantung kesiapan fisik dan emosional anak maupun Bunda. Menurut WHO dan IDAI, ASI sebaiknya diberikan secara eksklusif selama 6 bulan pertama, lalu dilanjutkan bersama MPASI hingga usia 2 tahun atau lebih. Namun, menyapih bisa dimulai ketika anak sudah mulai menunjukkan tanda siap, seperti mulai tertarik pada makanan padat, tidak lagi terlalu tergantung menyusu untuk tidur, atau bisa tenang meski tidak menyusu.
Menyapih juga bisa dilakukan ketika Bunda merasa sudah siap secara fisik maupun mental. Hal yang terpenting, lakukan secara bertahap dan penuh kasih agar proses menyapih tetap nyaman bagi Bunda dan anak.
Baca Juga: Cara Mengatasi Puting Pecah-pecah Saat Menyusui
Cara Menyapih Anak

Menyapih anak memang bukan hal yang mudah, apalagi jika anak sangat lekat dengan momen menyusui. Tapi tenang, Bun, menyapih bisa jadi pengalaman yang lembut dan penuh kasih jika dilakukan dengan cara yang tepat. Berikut ini beberapa cara yang mungkin bisa Bunda ikuti:
1. Lakukan Secara Bertahap
Menyapih secara tiba-tiba bisa membuat anak bingung dan rewel karena merasa kehilangan rutinitas menyusu. Oleh karena itu, menyapih sebaiknya dilakukan secara bertahap agar anak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Mulailah dengan mengurangi satu sesi menyusui per hari dan ganti dengan kegiatan lain.
Misalnya, hentikan sesi menyusui di siang hari terlebih dahulu, kemudian lanjut ke waktu lainnya. Proses ini bisa memakan waktu beberapa minggu tergantung respon anak. Jangan lupa beri pengertian secara perlahan bahwa menyusu akan berkurang. Cara ini akan membantu anak merasa aman dan tidak tertekan saat beradaptasi.
2. Alihkan dengan Aktivitas Favorit
Ketika anak mulai merengek ingin menyusu, coba alihkan perhatiannya dengan kegiatan yang menyenangkan. Ajak Si Kecil bermain permainan favorit, membaca buku bergambar, atau menggambar bersama. Bunda juga bisa mengajaknya berjalan-jalan di sekitar rumah untuk menyegarkan suasana.
Aktivitas ini tidak hanya mengalihkan keinginan menyusu, tetapi juga membangun kebiasaan baru yang positif. Pastikan kegiatan tersebut membuat anak merasa diperhatikan dan tetap dekat secara emosional. Dengan begitu, ia tidak merasa kehilangan kehangatan dari sesi menyusui yang biasa dilakukan.
3. Ganti Waktu Menyusu dengan Camilan Sehat
Salah satu cara efektif untuk menyapih adalah mengganti sesi menyusui dengan camilan sehat atau susu dalam cangkir. Ini sangat cocok dilakukan pada waktu menyusu di siang hari. Pilih camilan yang disukai anak seperti potongan buah, biskuit bayi, atau puding yang lembut. Saat anak mulai lapar dan biasanya minta menyusu, tawarkan camilan ini dengan suasana menyenangkan.
Bila perlu, sajikan camilan di wadah lucu agar lebih menarik. Cara ini secara tidak langsung mengurangi keinginan anak untuk menyusu, sekaligus mengajarkannya mengenal makanan lain yang mengenyangkan.
4. Buat Rutinitas Baru Sebelum Tidur
Menyusui sebelum tidur sering menjadi momen paling sulit untuk disapih. Untuk menggantinya, ciptakan rutinitas baru yang menenangkan. Bunda bisa mulai dengan memandikan anak, mengenakan piyama kesukaannya, lalu membaca buku cerita atau menyanyikan lagu pengantar tidur.
Jangan lupa tambahkan pelukan hangat atau tepukan lembut di punggung agar anak tetap merasa nyaman. Rutinitas ini penting untuk memberikan rasa aman dan pengganti kenyamanan yang biasa ia dapatkan dari menyusu. Lakukan secara konsisten agar anak terbiasa tidur tanpa perlu menyusu lagi.
5. Minta Dukungan Ayah atau Pengasuh
Proses menyapih akan lebih mudah jika dilakukan bersama pasangan atau pengasuh yang dekat dengan anak. Saat anak mulai rewel karena tidak diperbolehkan menyusu, Bunda bisa meminta Ayah untuk mengalihkan perhatiannya. Ayah bisa mengajak anak bermain atau mendongeng sebelum tidur.
Kehadiran orang lain yang dipercaya anak akan membantu mengurangi ketergantungan pada Bunda saat menyusu. Ini juga membuat anak belajar bahwa kenyamanan bisa diperoleh bukan hanya dari menyusui. Dengan dukungan penuh dari lingkungan terdekat, proses menyapih jadi lebih ringan dan tidak terlalu menekan secara emosional.
6. Tetap Konsisten dan Tenang
Anak mungkin akan menangis atau tantrum saat Bunda mulai menyapih, dan itu wajar. Namun, penting bagi Bunda untuk tetap konsisten dan tidak mudah menyerah. Jika Bunda kembali menyusui hanya karena anak menangis, proses menyapih bisa menjadi lebih sulit. Tunjukkan bahwa Bunda tetap hadir dan sayang meskipun tidak lagi menyusuinya setiap saat.
Gunakan nada bicara lembut saat menolak menyusu dan alihkan dengan pelukan atau kegiatan lain. Dengan ketenangan dan ketegasan yang lembut, anak akan belajar menyesuaikan diri tanpa merasa ditolak.
7. Berikan Pelukan dan Kasih Sayang Lebih
Menyapih bukan berarti mengurangi kedekatan antara Bunda dan anak. Justru, saat proses menyapih berlangsung, anak membutuhkan lebih banyak pelukan, ciuman, dan sentuhan penuh kasih. Hal ini penting untuk menggantikan rasa nyaman yang sebelumnya ia dapatkan dari menyusui. Pastikan Bunda sering memeluk dan mengajak anak bicara dengan lembut.
Pelukan adalah bahasa cinta yang bisa menenangkan dan memperkuat ikatan, meski tanpa menyusu. Tunjukkan bahwa menyusui boleh berhenti, tapi kasih sayang Bunda tidak pernah berkurang sedikit pun.
Baca Juga: Peran Ayah untuk Mendukung Ibu Selama Menyusui, Dicatat!
Menyapih anak adalah proses alami yang membutuhkan kesabaran, ketenangan, dan kelembutan. Dengan pendekatan yang bertahap dan penuh kasih, Bunda bisa membantu anak beradaptasi tanpa tekanan. Ingat, menyapih bukan akhir dari kedekatan, tapi langkah baru dalam tumbuh bersama.





