Saat menyusui dan menjumpai puting pecah-pecah, Bunda mungkin akan merasa waswas. Padahal ini merupakan kondisi yang umum terjadi pada ibu menyusui. Kekhawatiran berlebihan tidak akan membantu.
Gejalanya bermacam-macam, mulai dari yang ringan hingga berat. Kalau diabaikan, Bunda bisa merasa tak nyaman. Lalu bagaimana mencegah puting pecah-pecah? Terlebih dahulu kenali penyebab mengapa puting bisa pecah-pecah. Selengkapnya di sini ya!.
Penyebab Puting Retak

Puting nyeri saat menyusui merupakan salah satu akibat dari puting pecah-pecah. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan puting Bunda pecah. Nah, rasa nyeri akibat menyusui termasuk salah satunya.
Baca Juga: 8 Cara Mengatasi Puting Lecet Saat Menyusui Bayi Baru Lahir
Menurut Medical News Today, ibu yang mengalami masalah menyusui atau puting pecah-pecah akibat menyusui diperkirakan mencapai 38 persen. Artinya, frekuensi kejadian cukup sering.
Sementara itu, jurnal BMC Pregnancy and Childbirth memuat artikel tentang waktu potensial terjadinya biasanya pada bulan pertama pasca melahirkan. Pemahaman yang benar akan mencegah agar sesi menyusui selanjutnya tidak merepotkan.
Penyebabnya bisa karena trauma pada puting susu akibat gesekan dengan pakaian atau kerusakan jaringan akibat cedera atau benturan. Posisi puting yang menonjol kerap rentan terhadap masalah ini.
Faktor lain yang berkontribusi pada munculnya puting pecah adalah pelekatan bayi saat menyusui. Belum lagi jika Bunda belum menemukan posisi yang optimal, itu juga bisa memicu. Teknik ideal dalam mengASIhi dan penggunaan pompa payudara juga dapat menyebabkan kendala pada puting.
Bayi tidak bisa langsung menyusu dengan tepat. Mereka butuh waktu dan upaya ekstra untuk dapat melekat dengan benar pada payudara. Jadi jangan kaget jika terjadi gesekan yang berpotensi mengiritasi puting sehingga menjadi sensitif.
Bayi biasanya menggunakan teknik mengisap yang berbeda saat menyusu langsung dibanding saat minum ASI dari botol. Kebiasaan minum dengan botol sangat mungkin menyebabkan trauma pada puting susu.
Gejala Puting Pecah-pecah dan Cara Mencegahnya
Gejala-gejala yang mungkin dialami seorang ibu saat menghadapi puting pecah biasanya berupa: kulit merah, gangguan keropeng pada atau di sekitar puting, dan iritasi.
Bagaimana cara mencegahnya? Pertama, pastikan bayi menempel dengan benar pada payudara dengan posisi puting sepenuhnya berada di dalam mulut bayi dan sebagian besar areola juga berada di dalam mulut.
Baca Juga: Cara Efektif Stimulasi Puting pada Ibu Menyusui
Cara kedua, perah sedikit ASI secara perlahan sebelum menyusui untuk mencegah pembengkakan yang dapat mempersulit bayi untuk menyusu dengan benar.
Cara berikutnya adalah mencuci payudara hanya dengan air hangat dan hindari penggunaan sabun yang keras demi mencegah kekeringan.
Alternatif lainnya, oleskan krim puting atau biarkan ASI mengering sendiri pada payudara. Terakhir, gunakan bantalan payudara yang terbuat dari bahan alami untuk meminimalkan gesekan pada payudara.
Cara mengobati puting pecah-pecah
Jika langkah pencegahan tidak berhasil, lakukan pengobatan agar puting pecah bisa teratasi. Beberapa kiat berikut bisa Bunda lakukan di rumah.
- Oleskan krim emolien pada puting setelah menyusui yang efektif melembutkan kulit dan mengurangi pecah-pecah.
- Karena mengandung sifat antibakteri, oleskan ASI pada puting yang sakit untuk membantu penyembuhan dan mencegah keretakan.
- Gunakan krim kortikosteroid setelah menyusui, tetapi jangan digunakan lebih dari dua minggu tanpa resep dokter karena penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan penipisan kulit.
- Hindari pemakaian bra ketat untuk mengurangi gesekan pada puting. Pilih bra berbahan katun untuk memungkinkan sirkulasi udara yang lebih baik di sekitar payudara.
- Jauhi sabun keras, deodoran, bedak, dan bahan lain yang bisa mengeraskan dan membuat puting kering.
Baca Juga: Mengenal Pijat Laktasi dan Pijat Oksitosin untuk Mendukung Ibu Menyusui Memberikan ASI
Kondisi tak perlu merisaukan Bunda. Mintalah saran dari konsultan laktasi saat Bunda mengalami masalah ini. Konsultan laktasi akan memberikan dukungan dan bimbingan untuk membantu mencegah masalah puting di masa depan, termasuk teknik agar bayi menempelkan mulutnya ke payudara (latch on) dan agar posisi bayi benar selama menyusu.
Dengan posisi Bunda yang benar saat menyusui, masalah ini akan bisa dihindari. Kalaupun akhirnya terjadi, Bunda mengerti bagaimana cara mengatasinya. Yang penting, cobalah memvariasi posisi menyusui demi kenyamanan Bunda dan bayi. Tekanan pada puting susu akan berkurang dengan mencoba berbagai gaya yang membantu Bunda menemukan posisi paling cocok.