Memiliki anak adalah hal yang sangat menyenangkan. Apalagi saat bayi dipuji oleh banyak orang. Mereka melihat betapa tampan atau cantiknya dan ingin bergantian menggendongnya. Namun ketika Bunda melihat bayi lain saat posyandu atau di momen lain, muncul keinginan untuk membandingkan bayi.
Padahal bayi tentu masih kecil dan belum paham mengapa ia dibandingkan? Saat ia sudah cukup besar pasti amat sedih mengapa selalu dianggap ‘kurang’ oleh Bunda. Betapa sedihnya, padahal bayi lahir dengan normal dan tidak memiliki dosa, mengapa harus dibandingkan dengan bayi lain?
Baca Juga: Bagaimana Cara Menghadapi Anak Pemarah?
Beberapa Dampak Jelek dari Membandingkan Bayi
Saat melihat bayi lain maka ada godaan untuk membandingkan anak sendiri dengan orang lain. Berikut ini beberapa efek negatif dari membandingkan baby dengan bayi lain:
Jadi Overthinking
Setelah melahirkan, Bunda mengalami gejolak emosi karena pengaruh hormon. Jika hal ini ditambah dengan kebiasaan membandingkan bayi maka berbahaya. Bayi Bunda akan dicek setiap waktu, apakah sudah gendut seperti bayi lain? Apa tinggi badannya sudah mencukupi dan dia tidak mengalami stunting?
Jika bayi diperiksa dan dibandingkan, maka Bunda akan terus-menerus khawatir akan perkembangan fisiknya. Akibatnya kecemasan akan terus muncul dan menimbulkan overthinking. Rasanya sangat tidak enak karena ada ketakutan bahwa bayi tak bisa tumbuh besar seperti anak lain, padahal belum tentu terjadi.
Tidak Melihat Keunikan Bayi
Dampak negatif dari membandingkan bayi adalah Bunda tak bisa melihat keunikannya. Bisa jadi bayi memang berkulit gelap atau berambut keriting. Bunda pun jadi malu karena selalu membandingkan anak sendiri sengan bayi lain yang punya warna kulit lebih terang dan rambutnya halus.
Padahal bayi lahir dengan keunikan masing-masing, bukan? Bunda tak perlu membandingkan bayi sendiri dengan baby lain sampai lupa akan keistimewaannya. Lihatlah kakinya yang kuat saat belajar merangkak, pipinya yang halus dan senyumnya yang tulus. Jangan hanya melihat kekurangan anak. Membandingkan bayi akan ‘menenggelamkan’ keunikannya sendiri.
Baca Juga: 7 Cara Menyapih Anak saat Tidur Malam tanpa Galau
Terlalu Ambisius
Jika bayi sudah berusia 3 bulan maka dia akan belajar untuk tengkurap. Namun ada bayi yang cepat sekali perkembangan fisiknya. Di usia 2 bulan dia sudah lancar untuk membalik badan sendiri. Kemudian dia bisa membolak-balik badannya dan belajar merangkak dengan cepat.
Bunda pun jadi gusar, mengapa anak sendiri belum bisa tengkurap? Lantas jadi ambisius dan menyuruhnya tengkurap dan agak memaksakan agar dia bisa melakukannya dengan cepat. Kasihan bayi karena seharusnya ia distimulasi dan disemangati, bukannya jadi korban ambisi orang tua yang menyakitkan.
Kurang Percaya Diri
Bunda juga bisa merasa kurang percaya diri jika terus membandingkan baby dengan bayi lain. Bayi akan terus diamati, dilihat di mana kekurangan fisiknya, atau perkembangan motoriknya. Rasanya galau dan minder, mengapa bayi belum bisa berjalan di usia setahun? Sementara ada anak lain yang baru berusia 10 bulan sudah bisa berjalan dengan lancar.
Baca Juga: Manfaat Mengajari Anak Bahasa Ibu, Yuk Semangat Bunda!
Perlu diketahui bahwa perkembangan motorik bayi berbeda-beda. Memang umumnya ia bisa berjalan sendiri di usia setahun, tetapi ada yang sudah bisa berjalan lebih awal. Bunda tak perlu khawatir karena batas maksimal anak bisa jalan sendiri adalah 18 bulan. Tak perlu membanding-bandingkan bayi dengan yang lain karena akan meruntuhkan rasa percaya diri.Tolong sudahi saja kebiasaan buruk membandingkan bayi karena lebih banyak dampak negatifnya. Tidak ada efek positif dai perbuatan ini. Yang ada Bunda akan makin stress, overthinking, dan tidak percaya diri. Daripada marah ke bayi atau menyalahkan diri sendiri, lebih baik menstimulasi bayi agar dia tumbuh sesuai dengan milestone.
Jadi, stop membandingkan bayi dan anak kita ya Bunda!.