Pernah tidak melihat video prank yang bikin anak kecil nangis di media sosial? Iya, itu disebut dengan konten prank. Ada yang nganggap itu lucu, tapi ternyata ada juga loh dampak negatifnya buat psikologis anak.
Nah, biar lebih paham dengan konten prank ini yuk kita bahas bareng-bareng kenapa ngeprank anak bisa bahaya!
Pro-Kontra Konten Prank Anak
Di dunia maya, konten prank yang melibatkan anak jadi bahan perbincangan hangat. Ada yang bilang, “Ah, itu cuma bercandaan!” Tapi, ada juga yang mulai sadar kalau ngeprank anak, apalagi sampai bikin mereka nangis, bisa berdampak buruk buat perkembangan mental si kecil.
Baca juga: Cara Melatih Fokus Anak Berdasarkan Usia yang Tepat
Sebagai orang tua, tentu kita tidak ingin dong si kecil tumbuh dengan trauma atau rasa tidak nyaman karena sering dijadikan bahan lelucon? Yuk, kita lihat lebih dalam apa aja dampak psikologis dari sering ngeprank anak!
1. Si Kecil Bisa Jadi Pelaku Bullying
Bunda, si kecil itu peniru yang ulung. Kalau sering dikerjain sama orang tuanya, tidak jarang dia bakal meniru perilaku itu ke teman-temannya. Apa yang dia lihat dan alami di rumah bisa dia aplikasikan di sekolah atau lingkungan bermain.
Misalnya, kalau si kecil sering dikerjain dengan prank yang bikin dia kesel atau nangis, dia bisa merasa itu hal yang normal. Akhirnya, dia bisa ngerjain temannya dengan cara yang sama. Ujung-ujungnya, tanpa sadar dia bisa jadi pelaku bullying.
Nah, hal ini bisa memengaruhi bagaimana anak berinteraksi dengan teman-temannya. Bukannya saling mendukung dan menghargai, anak malah bisa belajar mengolok-olok dan menertawakan orang lain. Serem, kan, Bunda?
2. Anak Bisa Kehilangan Rasa Empati
Salah satu dampak yang tidak boleh diabaikan adalah si kecil bisa kehilangan rasa empati. Kalau dia sering di-prank dan melihat emosi negatif sebagai hiburan, lama-lama dia bisa sulit mengembangkan perasaan empati kepada orang lain.
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan ini penting banget buat perkembangan sosial si kecil. Kalau anak tumbuh tanpa empati, dia bakal kesulitan untuk berteman dengan baik dan susah memahami perasaan orang lain.
Baca juga: Cara Mengatasi ADHD pada Anak Agar Lebih Optimal
Bunda tentu tidak mau si kecil tumbuh jadi anak yang cuek dan tidak peduli sama sekitarnya, kan?
3. Mengurangi Kepercayaan Diri Anak
Ini nih yang sering banget kejadian tapi jarang disadari. Ketika anak di-prank dan reaksinya direkam, lalu diunggah ke media sosial, efeknya bisa bikin anak kehilangan rasa percaya diri. Apalagi kalau video itu tersebar luas, anak bisa merasa malu dan tidak nyaman.
Ingat ya, Bunda, anak juga punya perasaan, meskipun mereka masih kecil. Mereka bisa merasa malu dan minder ketika dirinya jadi bahan tontonan banyak orang. Perasaan kecewa dan terluka bisa tertanam dalam diri mereka, dan ini bisa mempengaruhi rasa percaya diri mereka di kemudian hari.
4. Anak Bisa Mengalami Krisis Kepercayaan kepada Orang Tua
Bunda, kepercayaan antara anak dan orang tua itu mahal harganya. Kalau sering di-prank, anak bisa merasa dikhianati oleh orang yang paling dia percayai, yaitu orang tuanya. Lama-kelamaan, anak jadi sulit percaya lagi sama Bunda dan Ayah.
Menurut seorang profesor psikologi, Mark Barnett, ngeprank anak itu bukanlah humor yang aman. Justru, itu bisa dianggap kejam dan merusak hubungan yang seharusnya penuh cinta dan kepercayaan antara anak dan orang tua.
Baca juga: Cara Menumbuhkan Sikap Mandiri Pada Buah Hati Anda, Cek di Sini!
Kalau anak mulai kehilangan kepercayaan, dia mungkin akan lebih tertutup dan tidak lagi mau cerita tentang perasaannya. Duh, sayang banget, kan, kalau hubungan yang seharusnya penuh kehangatan malah jadi renggang gara-gara prank?
Kenapa Konten Prank Bisa Berbahaya?
Prank mungkin terlihat lucu bagi orang dewasa. Tapi, bagi anak-anak, yang jadi objek prank, itu bisa bikin mereka merasa dikhianati. Anak belum paham sepenuhnya konsep bercanda seperti orang dewasa. Mereka masih belajar tentang emosi dan bagaimana merespons berbagai situasi.
Kalau Bunda sering ngeprank si kecil tanpa memberitahunya dulu, itu sama aja dengan membuat dia jadi korban lelucon. Perasaan dikhianati, malu, bahkan kesal bisa muncul. Dampak negatifnya? Anak jadi kehilangan kepercayaan pada orang tua dan kesulitan untuk merasa nyaman di rumah.
Baca juga: Cara Optimalisasi Bakat Kecerdasan Anak 1-2 Tahun
Sebagai orang tua, kita harus tahu batas. Ada perbedaan besar antara bercanda yang sehat dan bercanda yang bikin anak merasa tersakiti. Penting banget untuk memahami apa yang cocok untuk anak dan apa yang tidak.
Prank yang Lebih Aman: Settingan Prank
Nah, kalau Bunda ingin tetap bikin konten prank, ada cara yang lebih aman. Salah satunya adalah bikin prank yang udah disetting. Jadi, si kecil tau kalau dia akan di-prank dan bisa mempersiapkan diri. Dengan begitu, si kecil tidak jadi korban yang tidak tahu apa-apa, tapi malah ikut bermain dalam konten tersebut.
Misalnya, Bunda bisa kasih tahu si kecil kalau akan ada lelucon dan dia bisa pura-pura terkejut atau tertawa setelahnya. Dengan cara ini, si kecil ikut berpartisipasi dengan sadar dan tidak merasa dikhianati.
Baca juga: Cara Mengajarkan Edukasi Seks Pada Balita
Prank seperti ini lebih aman dan justru bisa mempererat hubungan Bunda dengan si kecil, karena dia merasa dilibatkan dan dihargai dalam proses pembuatan konten.
Bijak Mengunggah Konten tentang Anak
Bunda, setiap kali ingin mengunggah foto atau video si kecil ke media sosial, ada baiknya dipikirkan dulu dampaknya. Apakah konten tersebut akan membuat anak merasa nyaman? Apakah video tersebut bisa mempengaruhi rasa percaya dirinya?
Baca juga: Cara Menurunkan Panas pada Bayi yang Bikin Bunda Tenang
Ingat, meskipun kita adalah orang tuanya, anak tetap berhak atas privasinya. Mereka punya hak untuk merasa aman dan dihargai. Jadi, selalu pastikan apa yang kita unggah adalah sesuatu yang tidak merugikan perasaan dan perkembangan psikologis anak.
Stop Ngeprank Anak Demi Hiburan!
Setelah mengetahui berbagai dampak negatif dari ngeprank anak, Bunda harus lebih hati-hati, ya. Konten prank mungkin terlihat lucu bagi orang dewasa, tapi buat si kecil, itu bisa menimbulkan luka emosional yang dalam.
Sebagai orang tua, tanggung jawab kita bukan cuma mengasuh dan merawat, tapi juga menjaga perasaan si kecil agar tumbuh dengan rasa aman dan percaya diri. Jangan sampai demi konten hiburan, hubungan yang seharusnya penuh cinta malah rusak.
Baca juga: 6 Cara Mengajarkan Emosi pada Balita
Jadi, yuk, hentikan kebiasaan konten prank sekaligus ngeprank anak dan fokus untuk menciptakan lingkungan yang positif dan penuh kasih sayang bagi si kecil. Bunda pasti bisa!