Bunda yang sedang mengandung tentu rajin periksa ke bidan atau dokter spesialis kandungan. Namun bila termasuk resiko tinggi, wajib untuk melakukan skrining. Yang termasuk resiko tinggi adalah kondisi ketika Bunda hamil padahal usianya di atas 35 tahun, memiliki riwayat tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit lain. Skrining ibu hamil resiko tinggi harus dilakukan agar tetap sehat.
Skrining pada Bunda yang hamil dengan resiko tinggi sangat bermanfaat karena bisa mencegah penyakit pada bumil maupun janin. Apalagi jika hamil di usia rawan, dokter spesialis kandungan akan menyarankan skrining agar nantinya bisa melahirkan dengan selamat.
Baca Juga: Skincare Aman untuk Ibu Hamil, Jangan Sampai Asal Pilih
Apa Saja Skrining Ibu Hamil Resiko Tinggi?

Berikut ini beberapa tes yang dilakukan saat skrining kehamilan dengan resiko tinggi:
1. Tes Gula Darah
Bunda wajib melakukan tes gula darah karena saat hamil bisa memiliki resiko kena diabetes. Apalagi jika sering mengidam makanan manis. Dengan tes gula darah maka akan terpantau apakah kadarnya terlalu tinggi? Jika iya maka Bunda wajib mengerem nafsu makan dan disarankan untuk ngemil snack sehat seperti buah-buahan.
Jika Bunda sudah punya riwayat diabetes di keluarga (keturunan) maka tes gula darah hukumnya wajib. Jangan serampangan makannya ya, Bun! Setelah tahu hasil tesnya, meski masih dalam angka normal, lebih baik menahan diri dari keinginan makan yang manis-manis.
2. Periksa Golongan Darah
Salah satu skrining ibu hamil resiko tinggi adalah tes golongan darah. Hal ini untuk mengetahui kemungkinan golongan darah bayi. Bunda masih ingat teori genetika Mendel, bukan? Nanti golongan darah anak bisa sama dengan ayah atau Bunda, atau kombinasi (misalnya golongan darah AB).
Selain itu, tes golongan darah juga dilakukan untuk mengetahui golongan darah Bunda. Sehingga nanti jika butuh transfusi darah, bisa langsung menghubungi PMI terdekat.
Baca Juga: Daftar Pertanyaan Tentang Skincare yang Aman untuk Ibu Hamil Menurut Dokter
3. Tes HIV
Skrining ibu hamil resiko tinggi yang selanjutnya adalah melakukan tes HIV. Sepertinya menyeramkan sekali ya, mengingat penyakit ini belum ada obatnya. Namun harus dilakukan, karena virus ini bisa menular ke janin.
Bunda yang pernah ditindik atau ditato juga wajib menjalani tes HIV. Kedua jenis kegiatan ini berpotensi menularkan AIDS, jika jarum yang digunakan tidak steril (bekas dari pasien HIV). Jangan lupa juga ayah dites HIV juga karena bisa jadi ia yang menularkan.
4. Pemeriksaan Tekanan Darah
Sebelum di-USG, Bunda wajib diperiksa tekanan darahnya oleh perawat. Biasanya pada trimester pertama, tensi cenderung rendah, sehingga dokter spesialis kandungan meresepkan penambah darah.
Akan tetapi, jika tekanan darah tinggi maka juga berbahaya. Apalagi jika Bunda sudah hamil di trimester ketiga, dan saat tensi tinggi akan disarankan untuk operasi Caesar. Oleh karena itu Bunda wajib menjaga kestabilan tekanan darah.
Baca Juga: Cara Aman Memilih Skincare untuk Ibu Hamil
5. Pemeriksaan Hepatitis B dan C
Bunda juga harus melakukan pemeriksaan hepatitis B dan C. Penyebabnya karena virus ini berbahaya dan bisa merusak liver. Bunda pasti ingin tetap sehat ketika hamil, bukan?
Tes hepatitis B dan C juga wajib karena takut akan menular ke janin. Oleh karena itu harus dilakukan tindakan antisipasi sebelum ia lahir.
6. USG
Sayang sekali ya Bunda, ketika ada orang yang meremehkan USG dan menganggapnya sebagai kegiatan yang dilakukan hanya untuk melihat jenis kelamin bayi. Padahal USG wajib dilakukan sekali sebulan (dan 2 kali sebulan pada trimester ketiga). Apalagi jika Bunda hamil dengan resiko tinggi (berusia di atas 35 tahun atau punya riwayat keguguran).
Baca Juga: Perkembangan Janin Saat Bunda Hamil 3 Bulan, Serta Perubahan Tubuh yang TerjadiÂ
USG dilakukan untuk skrining beberapa hal. Pertama, dokter spesialis kandungan akan melihat volume air ketuban di dalam rahim. Jika kurang, maka Bunda akan disarankan untuk banyak mengkonsumsi cairan.
Kemudian, USG juga bisa melihat posisi bayi (normal atau sungsang), apakah dia terlilit tali pusar? Dokter juga mengukur lingkar kepala dan panjang badan serta berat badannya. Jadi tetaplah USG rutin, dan tidak berbahaya karena menggunakan gelombang suara (ultra sound) bukan seperti sinar-X.
Semoga sehat selalu ya Bunda!.