Bunda, pernah tidak merasa frustrasi saat si kecil tiba-tiba menolak makan? Sudah disiapkan menu favoritnya, tapi mulutnya tetap tertutup rapat. Nah, kondisi ini dikenal sebagai GTM pada anak balita, alias Gerakan Tutup Mulut. Walau sering dianggap sebagai fase wajar, ternyata GTM bisa berdampak serius pada tumbuh kembang anak, lho. Kalau tidak ditangani dengan benar, kebiasaan menolak makan ini bisa berujung pada masalah kesehatan jangka panjang.
Di usia emas pertumbuhan, asupan nutrisi yang seimbang sangat penting untuk menunjang perkembangan fisik dan kognitif anak. Saat anak mengalami GTM berulang, kebutuhan gizinya bisa tidak terpenuhi. Kalau dibiarkan, GTM pada anak balita bisa memicu risiko malnutrisi, gizi kurang, bahkan stunting. Yuk, simak 5 bahaya GTM yang wajib Bunda waspadai berikut ini!.
Baca juga: 10 Menu Anti GTM Anak, Bunda Wajib Coba!
5 Bahaya GTM pada Anak Balita

1. Masalah Kesehatan
Salah satu bahaya utama dari GTM pada anak balita adalah risiko masalah kesehatan yang serius. Anak yang menolak makan dalam jangka panjang bisa mengalami penurunan berat badan drastis atau bahkan berat badan stagnan. Jika kekurangan zat gizi penting seperti vitamin A, zat besi, dan protein, anak juga bisa mudah sakit.
Lebih dari itu, beberapa anak bisa mengalami kondisi medis yang lebih berat seperti lemas, dehidrasi, atau bahkan gejala seperti penyakit kuning. Tubuh yang kekurangan nutrisi tidak mampu bekerja secara optimal, sehingga anak lebih rentan terkena infeksi atau gangguan metabolik.
Baca juga: 5 Penyebab GTM Anak yang Perlu Bunda Ketahui
2. Pertumbuhan Fisik Terhambat
Pertumbuhan yang seharusnya pesat di usia balita bisa terhambat akibat kurangnya asupan kalori dan zat gizi esensial. Anak yang terus menerus mengalami GTM berisiko mengalami underweight atau tinggi badan yang tidak sesuai usianya.
Hal ini tidak hanya memengaruhi kondisi tubuh saat ini, tapi juga berdampak ke masa depan anak. Misalnya, potensi fisik anak bisa tidak berkembang maksimal, dan performa aktivitas sehari-harinya menjadi lebih lambat dibanding teman sebayanya.
3. Gangguan Sensori
Beberapa anak mengalami GTM karena alasan sensori. Mereka menolak makanan tertentu karena tidak suka teksturnya, baunya, atau warnanya. Jika tidak segera ditangani, gangguan sensori ini bisa berkembang menjadi masalah pemrosesan sensorik yang lebih kompleks.
Baca juga: Ini Perbedaan GTM, Tidak Nafsu Makan dan Picky Eater pada Anak
Akibatnya, anak menjadi semakin terbatas dalam mengeksplorasi jenis makanan. Selain itu, mereka juga bisa mengalami kesulitan dalam kegiatan sehari-hari yang melibatkan pancaindra, termasuk interaksi sosial, aktivitas bermain, bahkan belajar.
4. Gangguan Emosional dan Mental
GTM pada anak balita yang berlangsung terus menerus bisa memicu tekanan emosional pada anak. Mereka bisa menjadi cemas setiap kali waktu makan tiba, bahkan sampai takut terhadap jenis makanan baru (neophobia). Ini bukan hanya soal fisik, tapi juga berkaitan dengan kondisi mental si kecil.
Jika anak merasa stres atau tertekan saat makan, maka waktu makan bukan lagi menjadi momen menyenangkan. Hal ini bisa berdampak pada hubungan anak dengan makanan dalam jangka panjang dan memicu kebiasaan makan yang buruk di masa depan.
Baca juga: 10 Ide Menu Bekal Anak Lucu ke Sekolah
5. Ketidakseimbangan Nutrisi
Anak balita yang hanya mau makan makanan tertentu (biasanya yang manis atau berkarbohidrat tinggi) cenderung mengalami ketidakseimbangan nutrisi. Misalnya, anak yang enggan makan sayur atau buah bisa kekurangan serat, vitamin C, atau zat besi. Padahal, nutrisi lengkap dan seimbang sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang optimal.
GTM pada anak balita yang dibiarkan bisa menyebabkan anak hanya mau mengonsumsi makanan terbatas, misalnya kurang dari 20 jenis. Akibatnya, risiko defisiensi zat gizi tertentu seperti kalsium, zat besi, atau protein pun meningkat.
Apa yang Bisa Bunda Lakukan?
Menghadapi GTM memang butuh kesabaran ekstra. Tapi Bunda tidak sendirian, kok. Berikut beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk membantu anak mengatasi fase ini:
Yang Perlu Dilakukan:
- Buat jadwal makan yang teratur: 3 kali makan utama dan 2 kali camilan sehat.
- Ajak anak makan bersama keluarga, di meja makan tanpa gangguan.
- Dorong anak makan sendiri agar ia belajar mengenal rasa kenyang dan lapar.
- Batasi waktu makan maksimal 30 menit.
Yang Sebaiknya Dihindari:
- Jangan memaksa anak makan sampai menangis.
- Hindari kebiasaan makan sambil main atau nonton TV.
- Jangan memberikan minuman manis di luar jam makan.
- Jangan menjadikan makanan sebagai hadiah atau hukuman.
Baca juga: 10 Camilan Sehat untuk Anak, Bunda Bisa Coba!
Ingat ya, Bunda, setiap anak punya fase tumbuh kembang yang berbeda. Tapi ketika GTM pada anak balita terjadi berkepanjangan dan mulai mengganggu kesehatannya, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter anak atau ahli gizi. Penanganan yang tepat bisa mencegah dampak jangka panjang yang merugikan bagi si kecil.
Jadi tetap semangat yuk, kita buat anak tidak GTM lagi!.





